Tauhid Nur Azhar

Keuken van Bandung

Ada dapur yang tak hanya ngebul tapi juga mantul. Bukan sekedar akronim mantap betul, tetapi benar-benar mantul dalam konteks fisika, echoing. Pemantulan gelombang suara di medium udara, di saat perjalanannya berjumpa dengan materi berdensitas tinggi.

Dalam konteks fisika, pantulan yang mantul mental mentul membutuhkan jarak agar terdengar berjeda. Karena pantulan dengan syarat jarak tak terpenuhi bisa jadi justru menjadi mekanisme interferensi dua gelombang suara yang saling menguatkan atau bertumbukan dan mengubah karakter keduanya. Bisa saling menguatkan, melemahkan, atau juga mendistorsi hingga terjadi perubahan panjang gelombang dan frekuensi.

Mengapa pantulan berjeda yang memberikan efek echoing membutuhkan jarak? Yah secara romantika kan dalam berinteraksi dengan pasangan juga kita baru bisa melihat secara utuh anatomi persoalan di saat kita sedikit menarik diri dan menjauh dari episentrum permasalahan bukan?

Meluaskan jarak pandang untuk mendapatkan perspektif 4 dimensi yang lebih utuh. Tak hanya visualisasi masalah, tapi juga waktu dalam konteks delay tolerant yang kadang kita butuh untuk merancang suatu solusi yang utuh.

Karena kecepatan suara di udara adalah sekitar 343 meter per detik, sehingga jika media pantul cukup jauh dari sumber suara, pantulan akan membutuhkan waktu untuk kembali dan terdengar sebagai suara yang terpisah. Jeda waktu yang biasanya diperlukan untuk mendengar echo atau gema yang terpisah adalah sekitar 0,1 detik, yang berarti penghalang harus berada setidaknya 17,15 meter dari sumber suara. Artinya gema perlu ruang, seperti juga kita yang sulit berkembang saat terkekang.

Keuken van Bandung mungkin tesis atau anti tesis dari ruang gema yang kita kenal saat ini di ruang virtual semesta digital dalam ekosistem media sosial. Prinsipnya sama dengan echo chamber dan filter bubble di teori media sosial, dimana kita akan terjebak dalam suatu dunia gelembung 360° yang mengkondisikan kita untuk menerima berbagai informasi dari segala arah dengan genre pembangun persepsi yang seragam. Dunia yang dikonstruksi untuk kita yakini.

Seorang peneliti media sosial, Eli Pariser, menulis dalam bukunya yang berjudul The Filter Bubble: What The Internet Is Hiding From You (2011), bahwa filter bubble dikonstruksi oleh algoritma yang melacak aktivitas kita di internet, termasuk informasi atau tautan yang kita klik.

Masih mengacu pada hipotesis Pariser, algoritma tersebut menciptakan semesta informasi yang unik bagi masing-masing orang, yang secara mendasar mengubah cara kita menemukan ide dan informasi.

Dalam dunia gelembung informasi yang menyasar segenap kapasitas sensori dan kognisi kita, konsep echo chamber menjadi elemen utama. Ia memantulkan segenap informasi dengan dinamika intensitasnya, tapi homogen dalam data yang kini bisa didesain berdasar pendekatan arsitektur perilaku, atau rekayasa pengambilan keputusan.

Maka Keuken Festival di Bandung yang telah menjadi ritual budaya urban tahunan yang masuk dalam daftar kunjung (bucket list) banyak penggemar kuliner dan pentas kultural, mungkin saja didesain, atau setidaknya dapat menjadi echo chamber di ruang publik melalui pendekatan pemanfaatan atau utilisasi ruang publik dan menyentuh sensori melalui sensor estetika melalui kuliner dan seni. Juga aspek kognisi melalui berbagai event edukasi tentunya.

Entah apa yang terlintas di benak Meizan Diandra Nataadiningrat, local genius, berlatar belakang arsitektur jebolan Institut Teknologi Bandung yang kondang dunia akhirat, saat merancang dan menginisiasi dapur umum sosial di kawasan urban dengan imbuhan cerita dan wawasan tentang kawasan (bangunan heritage dll) yang dinamainya Keuken ini.

Yang jelas Keuken yang tahun ini mengangkat tema from Farm to Table, dan seperti biasa selalu mengedepankan konsep green living & economy dengan keberpihakan pada konsep keberlanjutan dan bestari, telah menjadi bubble komunitas di sebuah ekosistem yang menawarkan edukasi tentang keberagaman dan interaksi dalam suatu bingkai ruang publik yang menawarkan perspektif lian tentang cara dan gaya hidup urban.

50 tenant yang tentu telah dikurasi, menawarkan perjalanan wisata umami yang bebas stereotipe genre. Bisa western, postmo, functional, organic, ethnic, dan apa saja food. Termasuk tentu saja fusion dan beberapa eksperimen makanan avant garde.

Mengapa? Karena manusia pada dasarnya punya basic root yang sama, dengan gen dalam DNA yang hanya punya sedikit beda pada segmen-segmen pendek SNP yang berpolimorfisme dan mengelompok dalam jenis-jenis haplotip yang bisa diidentifikasi sebagai identitas kultural yang bersifat tidak esensial dalam konteks fungsional.

Konsep berkesinambungan ditampilkan melalui mekanisme pengelolaan limbah edukasi tentang daur ulang (merubah minyak jelantah menjadi bahan bakar dan punya nilai strategis yang tak hanya cuan dari aspek ekonomis, melainkan juga punya impact ekologis, ecolonomics), optimasi makanan dan bahan pangan yang mencegah over eksploitasi sumber daya yang akan bermuara pada konflik kepentingan dan eskalasi penguasaan melalui berbagai strategi manipulasi, yang kerap mendegradasi kualitas mental manusia yang terepresentasi pada perilaku eksploitatif, manipulatif, dan koruptif.

Baris atau alinea terakhir paragraf di atas, adalah penyakit kronis ummat manusia yang mengalami evolusi kecerdasan sejak ditemukannya api untuk menyalakan tungku di dapur-dapur peradaban yang dimotori oleh molekul ATP (fosfat) dan building block protein.

Dimana komponen utama molekul protein adalah asam amino. Asam amino adalah molekul organik kecil yang terdiri dari atom karbon alfa (pusat) yang terhubung ke gugus amino, gugus karboksil, atom hidrogen, dan komponen variabel yang disebut rantai samping.

Rantai panjang asam amino ini disatukan oleh ikatan peptida kovalen, di mana gugus karboksil dari suatu asam amino bersatu dengan gugus amino dari asam amino lain, dengan air yang dipisahkan dalam reaksi tersebut. Produk yang terbentuk dari ikatan semacam itu disebut polipeptida.

Protein merupakan makromolekul yang terdiri dari 1 (satu) rantai polipeptida dan terkadang dua atau lebih polipeptida. Protein juga dapat ditemukan dalam setiap sel dan molekulnya terdiri dari unsur C, H, N, O, S dan terkadang P, Fe, Zn dan Co.
Protein memiliki berbagai fungsi, termasuk struktur, transportasi, dan pertahanan. Beberapa contoh spesifik protein meliputi kolagen, insulin, dan antibodi.

Dan penyerapan atau absorbsi protein dengan berbagai jenis asam aminonya di saluran cerna amat terbantu dengan proses memasak yang difasilitasi tentu saja oleh kehadiran api.

Maka tak heran jika seorang pediatrician kondang Indonesia yang concern pada persoalan tumbuh kembang, dr Ardi Santoso, SpA(K), bersemangat sekali mengedukasi tentang pentingnya asupan protein hewani pada anak-anak yang mulai mendapat MPASI.

Api yang menurut bukti-bukti arkeologi, bahkan telah digunakan lebih dari 1 juta tahun yang lalu oleh Homo erectus di gua Wondewerk Afrika. Api yang sampai hari ini menjadi bagian dari proses revolusi masak memasak yang telah melahirkan konsep dapur modern.

Api yang pasti digunakan pada revolusi kuliner Prancis pada abad ke-17 dan 18, yang telah melahirkan tokoh-tokoh seperti Marie Antoine Carême dan Auguste Escoffier, yang memperkenalkan sistem dapur modern dan teknik memasak canggih.

Mereka mengembangkan metode dan teknik seperti sautéeing, poaching, dan braising yang masih digunakan hingga saat ini, dan melengkapi cara memasak terdahulu seperti memanggang, mengasap, merebus, mengukus, dan menggoreng.

Maka jika dalam 2 hari kemarin kita jumpai ribuan orang telah datang berkumpul di ruang pantul gedung Posco Bandung yang mantul (mantap betul) dan informasi mendal mendul montal mantul ngalor ngidul lewat makanan kekinian sampai yang jadul, maka besar harapan pesan-pesan keberlanjutan yang ingin disampaikan bisa sampai pada sasaran. Lalu para pengunjung yang kekenyangan dan kelelahan akan memasuki zona nyaman dimana gelombang Alfa otaknya akan membantu serotonin dan dopamin untuk memantik sekresi oksitosin.

Gelombang alfa (8-13 Hz beramplitudo rendah) dikaitkan dengan kondisi tenang dan meditatif. Ada beberapa bukti bahwa meningkatkan jenis aktivitas otak ini dapat membantu menurunkan depresi, mengatasi kecemasan, dan meningkatkan kreativitas.

Gelombang alfa juga dapat membantu meningkatkan daya cipta mental, kemampuan koordinasi mental, dan rasa rileks dan lelah yang penuh sensasi rahmah secara keseluruhan.

Jika itu yang terjadi, maka sah lah Keuken telah berhasil menjadi dapur pantul bagi gerakan klandestin sosial kaum revolusioner urban yang ingin mengusung revolusi Arunika di cakrawala peradaban masyarakat kota yang selama ini asyik masyuk tiarap, bergabung dalam kenikmatan Maya, berselimut ilusi rasa, semata karena kelelahan bercinta dengan ekspektasi dalam gelembung materi. 🙏🏾🙏🏾

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts