Tauhid Nur Azhar

LINTANG KEMUKUS DI LANGIT UTARA

Sebuah ucapan willkommen dari restoran Enja, yang berbunyi ; Unser festlich geschmückter innenhof ist der perfekte ort, um dem trubel der stadt zu entfliehen und sich in eine magische atmosphäre zu begeben. Funkelnde lichter, tannenbäume und winterliche dekorationen erwarten dich. Wir freuen uns auf deinen besuch! membawa kenangan saya mengembara ke sekitar 4 dasawarsa yang lalu, saat saya bersama Ayahanda dan Ibunda tercinta menjejakkan kaki untuk pertama kalinya di sebuah kota yang sampai kini selalu terkenang dalam benak saya. Kota dengan begitu banyak bangunan tua yang desainnya indah mempesona, bantal bulu angsa, selimut wol bulu domba, dan danau indah serta 2 angsa yang begitu anggun~sekaligus polos tanpa tipu daya.

Memori seorang anak kecil yang entah mengapa terus melekat sampai saya beranjak lansia. Zurich, demikian kota itu dinamai.

Zurich adalah permata di jantung Swiss, kota yang berdiri anggun di antara pegunungan Alpen yang berselimut salju, dan lembutnya kecipak manja perairan Danau Zurich. Ia adalah simfoni sempurna antara sejarah dan modernitas, di mana lorong-lorong tua area Altstadt dengan jalanan cobble stone nya, seolah membisikkan cerita abad pertengahan ke gedung-gedung modern yang menjulang menjadi simbol visi masa depan, di bagian kota yang penuh dengan dinamika peradaban.

Kota ini ibarat kanvas hidup, diwarnai dengan air turquoise sungai Limmat yang mengalir deras, membawa gletser cair yang memantulkan langit biru dan pegunungan hijau berkupluk putih di kejauhan.

Sayup-sayup sampai, dentang lonceng Gereja Grossmünster menggetarkan hati, mengingatkan pada masa lalu yang penuh dengan berjuta kenangan akan keindahan yang sulit untuk dilupakan. Galeri-galeri seni dan museum, seperti Kunsthaus dan Landesmuseum, berdiri megah, menyimpan harta karun kreativitas manusia yang tak pernah berhenti berusaha untuk mewujudkan segenap ungkapanperasaannya dalan sebentuk karya.

Zurich juga rumah bagi puisi yang lantunan diksinya terdengar dalam gemerisik dedaunan di sepanjang Lindenhof dan berpadu selaras dengan langkah-langkah ritmik pengunjung Bahnhofstrasse yang terpukau pada setiap etalase.

Zurich memiliki sejarah panjang yang berawal dari zaman Romawi, dimana pada abad ke-1 SM, daerah ini dikenal sebagai Turicum, sebuah pos perdagangan kecil di tepi Sungai Limmat. Pada abad pertengahan, Zurich tumbuh menjadi pusat perdagangan yang penting di Eropa, terutama setelah bergabung dengan Konfederasi Swiss pada tahun 1351.

Pada abad ke-16, Zurich menjadi pusat Reformasi Protestan di bawah bimbingan teolog terkenal Huldrych Zwingli. Pengaruhnya menjadikan kota ini sebagai salah satu simbol perlawanan intelektual dan religius terhadap otoritas Gereja Katolik.

Selama abad ke-18 dan ke-19, Zurich berkembang pesat seiring dengan Revolusi Industri. Kota ini menjadi pusat keuangan, pendidikan, dan kebudayaan, dengan berdirinya institusi-institusi penting seperti Universitas Zurich (1833) dan ETH Zurich (1855).

Entah mengapa, mungkin saya terbawa suasana tetiba saya kangen Zurich di masa Ayah dan Bunda masih bersama saya. Saat itu kami menginap di hotel kecil yang usia bangunan dan pemiliknya sama-sama sudah sangat tua, dinner dengan menu Stroganoff yang lezat sekali, dan di kesempatan pertama di pagi hari kami bertiga telah berdiri di tepi danau~memberi makan sepasang angsa putih remah-remah roti.

Mengingat itu semua, pikiran saya yang semula tengah asyik masyuk membaca artikel sains di Wired edisi daring, terusik, dan seperti biasa; ada ide-ide usil nan musykil terpantik.

Saya jadi ingin membuat script atau naskah film fiksi ilmiah dengan setting kota cantik ini. Isinya soal konspirasi dan teknologi, tapi selain fiksi, saya berharap film ini juga dapat menjadi sumber informasi, sekaligus menjadi media edukasi. Maka semua jalan ceritanya haruslah berdasarkan teori yang didapatkan melalui studi pustaka dari berbagai sumber referensi. Ala-ala Dan Brown dan Michael Crichton lah jadinya.

Maka dari lamunan di saat sebagian warga Eropa tengah memilih kegiatan siesta, lahirlah sinopsis film imajinasi saya yang berjudul : Lintang Kemukus di Langit Utara, yang isinya kira-kira sebagai berikut ;

Langit malam di Zurich terlihat bersih, dingin, dan diam, tetapi di dalam gedung konferensi mewah di tepi Danau Zurich, keheningan itu adalah ilusi. Aula besar itu dipenuhi suara bisik-bisik yang terputus oleh pembicara di podium. Di layar utama, angka-angka tentang pertumbuhan industri farmasi global terpampang.

“$1,48 triliun per tahun,” suara pembicara, seorang ahli ekonomi farmasi dari Prancis, menggema di ruangan. “Dan angka ini diproyeksikan akan melonjak hingga $1,9 triliun pada 2027, sebagian besar didorong oleh pengobatan penyakit kronis dan terapi genetik baru seperti CRISPR.”

Di sudut aula, Janu Dewandaru, seorang diplomat muda Indonesia dan juga agen pratama BIN, duduk tenang. Ia memandangi angka-angka itu dengan campuran kekaguman dan kecemasan. Sebagai perwakilan Indonesia di Komite Teknologi Strategis PBB, Janu tahu betul bagaimana industri farmasi dan energi mendominasi percaturan global. Tetapi ada sesuatu yang lebih besar yang sedang terjadi di sini, sesuatu yang belum bisa ia tempatkan di struktur nalarnya dengan pasti.

Di dekatnya, Raisa Andriana, seorang jurnalis investigasi yang amat rupawan, mencatat dengan cepat. “Mereka menyebut ini inovasi demi peradaban ummat manusia,” gumamnya. “Tapi siapa yang diuntungkan? Apakah teknologi ini benar-benar akan menyelamatkan kita, atau hanya memperkaya segelintir elite global?”

Sementara itu, jauh di luar aula, sebuah pertemuan rahasia sedang berlangsung. Bambang Iman Santoso, seorang pengusaha energi Indonesia, berbicara dengan Ano Sajid, CEO sebuah perusahaan farmasi besar yang berbasis di London.

“CRISPR adalah masa depan,” kata Ano, menyentuh layar holografik yang memproyeksikan model DNA. “Tetapi masa depan itu membutuhkan kontrol. Jika kita bisa memonopoli terapi genetik untuk penyakit seperti kanker, kita tidak hanya mengendalikan pasar farmasi, tetapi juga memperkuat posisi geopolitik.”

Bambang mengangguk. Sebagai pemilik salah satu perusahaan energi terbesar di Asia Tenggara, ia memahami pentingnya kekuasaan. Tetapi ia punya agenda lain. “Bagaimana dengan energi? Dunia sedang beralih ke hidrogen dan energi bersih, tetapi permainan ini tidak akan dimenangkan oleh mereka yang lambat,” ujarnya sambil mengarahkan pandangan tajam ke Ano.

Ano tertawa kecil. “Kamu benar. Tetapi ingat, siapa pun yang mengontrol pengobatan dan energi, mengontrol masa depan manusia.”

Di Jakarta, Isyana Saraswati, seorang ilmuwan muda yang memimpin proyek nasional tentang teknologi hidrogen, menerima dokumen rahasia yang dikirim oleh Raisa. Isinya mengungkap detail tentang kesepakatan rahasia antara perusahaan farmasi besar dan beberapa pemimpin industri energi global.

“Nilai pasar energi global mencapai $10 triliun per tahun,” bisik Isyana sambil membaca dokumen itu. “Dan angka ini terus bertambah dengan transisi ke energi terbarukan.”

Salah satu dokumen menunjukkan rencana untuk menghambat pengembangan teknologi hidrogen di Asia Tenggara. “Jika ini benar,” gumamnya, “maka dunia sedang dimanipulasi untuk tetap bergantung pada bahan bakar fosil lebih lama dari yang seharusnya.”

Di forum internasional yang membahas perubahan energi global, Janu melihat bagaimana negara-negara maju mendominasi diskusi. “Konsumsi energi dunia mencapai 580 eksajoule per tahun,” ujar seorang panelis. “Dan transisi ke energi bersih tidak merata. Negara-negara berkembang seperti Indonesia perlu mengambil langkah berani untuk mengamankan masa depan mereka.”

Tetapi Janu tahu, langkah berani itu tidak mudah. Ia menyadari bahwa kepentingan elite global sering kali menghambat inovasi di negara berkembang. Bahkan, teknologi revolusioner seperti CRISPR, AlphaFold, dan komputasi kuantum pun sering kali dimonopoli oleh negara maju.

Raisa akhirnya menemukan bukti penting: catatan rapat rahasia antara perusahaan farmasi besar dan pemain utama di industri energi. Salah satu slide menunjukkan bagaimana CRISPR dapat digunakan tidak hanya untuk menyembuhkan penyakit, tetapi juga untuk menciptakan penyakit yang “dikontrol,” agar daoat meningkatkan permintaan obat.

Di sisi lain, dokumen itu juga menunjukkan upaya untuk memperlambat distribusi teknologi energi bersih di negara-negara berkembang, agar ketergantungan pada bahan bakar fosil tetap tinggi. “Ini bukan hanya bisnis,” kata Raisa, “ini adalah sebentuk penjajahan modern.”

Di sela-sela konferensi di Zurich, Janu, Isyana, Raisa, Bambang, dan Ano bertemu untuk pertama kalinya. Isyana memaparkan proyek hidrogen Indonesia yang terancam. “Jika kita tidak bertindak sekarang, masa depan kita akan dikendalikan oleh mereka,” katanya.

Bambang, yang sebelumnya menjadi bagian dari konspirasi global, mulai meragukan aliansinya. “Mungkin sudah waktunya untuk berubah,” katanya pelan. Ano memandang Bambang dengan tatapan tajam. “Kamu tahu resikonya.”

Janu mengusulkan rencana untuk membawa bukti konspirasi ini ke publik. Tetapi itu bukan tugas yang mudah. “Kita tidak hanya melawan korporasi,” katanya. “Kita melawan sistem.”

Setahun kemudian, Indonesia meluncurkan proyek energi hidrogen berskala besar, bekerja sama dengan Jepang dan Jerman. Teknologi AlphaFold dan komputasi kuantum mulai digunakan untuk memecahkan masalah lingkungan, seperti pengolahan limbah plastik menjadi energi.

Namun, perlawanan mereka tidak berhenti. “Ini baru permulaan,” ujar Raisa dalam wawancara eksklusif dengan media internasional. “Dunia masa depan harus dimenangkan oleh mereka yang berpihak pada kemanusiaan, bukan pada segelintir elit.”

Fakta di Balik Fiksi

1. Industri farmasi global: $1,48 triliun pada 2022, diproyeksikan mencapai $1,9 triliun pada 2027 (Statista, 2023).

2. Nilai pasar energi dunia: $10 triliun per tahun, dengan energi terbarukan tumbuh 7% per tahun (IEA, 2023).

3. Konsumsi energi global: 580 eksajoule per tahun, dengan 84% masih berasal dari bahan bakar fosil (BP Statistical Review, 2023).

4. Komputasi kuantum: Google Sycamore menyelesaikan tugas dalam 200 detik yang memerlukan waktu 10.000 tahun di komputer klasik (Nature, 2019).

5. CRISPR-Cas9: Terapi gen pertama untuk anemia sel sabit (_sickle cell anemia_) sukses diterapkan pada manusia (NEJM, 2021).

Di belahan dunia lain, dengan manusia- manusia yang berbeda tapi punya kesadaran nalar cendekia yang sama, terjadi rangkaian yang nyaris serupa;

Langit malam di atas Stasiun Penelitian Svalbard dipenuhi cahaya aurora borealis. Dr. Elaine Richards, seorang ahli genetika muda berusia 34 tahun, berdiri di depan layar holografik yang memproyeksikan model DNA manusia. Ia memandangi deret basa nitrogen yang berkilauan, seolah untaian kehidupan itu berbicara kepadanya. Malam itu, ia tidak sekadar merenungkan pencapaian manusia dalam ilmu genetika, tetapi juga menimbang dampaknya.

“CRISPR-Cas9,” gumamnya, menunjuk layar. “Kita tidak lagi hanya membaca gen. Kita sedang menulisnya.”

Elaine sedang menguji protokol pengeditan gen untuk menyembuhkan fibrosis kistik, penyakit yang hingga kini tak memiliki solusi permanen. Dalam jurnal Nature Medicine (2021), terapi serupa telah berhasil menyelamatkan seorang pasien anemia sel sabit. Tetapi ia tahu, teknologi ini tidak hanya tentang penyembuhan. Dunia telah melihat skandal seperti kasus bayi rekayasa genetik di Cina.

“Apa jadinya jika kita mulai menciptakan manusia yang sempurna?” tanya rekannya, Dr. Kael Ishikawa, seorang ahli bioetika.

Pertanyaan itu menghantui Elaine. Apakah CRISPR akan menjadi pahlawan, atau senjata yang menghancurkan moralitas manusia?

Di sudut lain dunia, di laboratorium Tokyo Institute of Technology, Dr. Haruto Nakamura menyaksikan hasil simulasi pemanfaatan microRNA pada layar komputer kuantum. Hasilnya memukau: miRNA dapat menghentikan ekspresi gen kanker hanya dalam tiga siklus terapi.

“Kita berada di ambang revolusi biomedik,” ujarnya. Mengutip laporan dari Nature Reviews Genetics, tes darah berbasis miRNA untuk kanker pankreas kini mencapai akurasi 92%. “Dalam waktu dekat, tes sederhana di rumah sakit akan cukup untuk mendeteksi kanker sebelum gejalanya muncul.”

Tapi ia sadar, masih ada tantangan. miRNA sering kali tidak stabil dalam tubuh. Penelitiannya menggunakan nanopartikel sebagai pembawa (carrier) memberikan harapan baru. Jika berhasil, ini bukan hanya revolusi medis. Ini adalah perubahan paradigma dalam cara manusia melawan penyakit.

Di London, tim DeepMind memperkenalkan AlphaFold 3. Model ini baru saja menyelesaikan tugas yang sebelumnya dianggap mustahil: memprediksi struktur semua protein dalam tubuh manusia, termasuk ribuan protein yang sebelumnya tak diketahui.

Elaine menonton konferensi itu melalui siaran langsung. Salah satu hasil paling mencengangkan adalah pengembangan enzim yang bisa memecah plastik di laut. Menurut laporan PNAS (2022), AlphaFold telah membantu merekayasa enzim yang mempercepat degradasi plastik hingga 80 kali lipat.

“Ini bukan hanya tentang biologi,” pikir Elaine. “Ini tentang upaya untuk menyelamatkan dunia.”

Di Palo Alto, eksperimen Neuralink memasuki babak baru. Seekor monyet bernama Axel berhasil memainkan video game dengan pikirannya. Dalam artikel yang diterbitkan di Frontiers in Neuroscience (2023), teknologi ini menunjukkan potensi untuk mengembalikan mobilitas pasien lumpuh.

“Bayangkan dunia di mana kita bisa membaca pikiran,” ujar Dr. Ishikawa di sebuah seminar. “Apakah kita siap untuk itu?”

Namun, Elaine hanya bisa berpikir tentang sisi gelapnya (the dark side of the moon). Bagaimana jika teknologi ini digunakan untuk memanipulasi pikiran manusia?

Di berbagai wilayah terisolasi dunia, sistem internet berbasis Starlink telah menjadi penyelamat banyak orang. Dalam laporan yang diterbitkan oleh The Atlantic (2023), Starlink memungkinkan pemerintah dan warga tetap terhubung meski infrastruktur komunikasi lainnya belum tersedia.

Tapi ini baru awal. Saat satelit orbit rendah, LEO, seperti Starlink mulai mendominasi, mereka akan menjadi tulang punggung komunikasi global. Elaine membayangkan dunia di mana setiap sudut planet memiliki akses internet. Tapi ia juga melihat risiko: dominasi teknologi oleh segelintir perusahaan dapat menciptakan ketimpangan baru.

Di Zurich, IBM memperkenalkan komputer kuantum 127-qubit. Dalam eksperimen terbaru, mesin ini memecahkan simulasi molekuler untuk pengembangan bahan bakar hidrogen hanya dalam beberapa jam, sebuah pekerjaan yang biasanya memakan waktu bertahun-tahun.

Elaine membaca laporan itu dengan antusias. Hidrogen dianggap sebagai solusi energi bersih untuk masa depan. Jika komputer kuantum dapat mempercepat penelitian ini, dunia bisa mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil lebih cepat dari yang diperkirakan.

Sementara dalam salah satu konferensi yang disiarkan langsung (streaming) dari Tokyo, Michio Kaku berbicara tentang visi futuristiknya. “Kita akan menjadi peradaban tipe satu,” ujarnya. “Menguasai energi dari matahari dan mengintegrasikan teknologi dengan alam.”

Elaine mendengarkan dengan takjub. Tetapi ia tahu, semua visi besar ini memerlukan kebijaksanaan. Bagaimana manusia memastikan bahwa teknologi tidak menghancurkan alam sebelum kita mampu memanfaatkannya ?

Masih di kawasan Swiss, di Davos tepatnya, para pemimpin dunia membahas tantangan teknologi dalam geopolitik. Negara-negara yang memimpin dalam AI (akal imitasi), komputasi kuantum, dan energi bersih akan menjadi penguasa abad ke-21. Elaine membayangkan dunia baru ini: apakah akan lebih damai, atau lebih terpecah?

Elaine tahu bahwa semua teknologi ini tidak akan berarti jika dunia gagal mengatasi perubahan iklim. Dengan laju saat ini, laporan IPCC (2023) memproyeksikan pemanasan global akan melampaui 1,5°C dalam 20 tahun. Teknologi seperti Carbon Capture dan geoengineering menjanjikan solusi, tetapi masih banyak mengandung dan mengundang kontroversi.

“Teknologi adalah pedang bermata dua,” pikir Elaine. “Kita bisa menggunakannya untuk menyelamatkan dunia, atau menghancurkannya.”

Elaine berdiri di tengah ruang kontrol Stasiun Penelitian Svalbard, memandang model DNA holografik yang kini terasa lebih nyata dari sebelumnya. Di kepalanya, teknologi masa depan ini bukan sekadar alat. Mereka adalah bagian dari perjalanan evolusi manusia.

“Kita sudah berada di ambang era baru,” ujarnya. “Tapi apa kita cukup bijaksana untuk memasukinya?”

Pertanyaan yang sama tentunya dengan kita semua, apa yang akan kita hadapi di 2025 ?

Fakta di Balik Fiksi

1. Penyuntingan Gen dengan Teknik CRISPR-Cas9

Penyuntingan gen dengan CRISPR-Cas9 merevolusi bidang biologi molekuler dan kedokteran. Ditemukan oleh Jennifer Doudna dan Emmanuelle Charpentier (2012), teknik ini memungkinkan pemotongan dan pengeditan DNA dengan presisi tinggi. Dalam praktiknya, CRISPR telah diaplikasikan untuk memperbaiki mutasi genetik yang menyebabkan penyakit tertentu, seperti beta-talasemia dan anemia sel sabit.

Sebuah studi oleh Frangoul et al. (2021) yang diterbitkan di New England Journal of Medicine menunjukkan keberhasilan CRISPR dalam mengobati pasien anemia sel sabit/sickle cell anemia. Dengan mengedit gen yang menghambat produksi hemoglobin fetal, pasien berhasil bebas dari kebutuhan transfusi darah selama lebih dari satu tahun.

Implikasi Masa Depan

Pertanian: Penyuntingan gen pada tanaman seperti padi untuk meningkatkan ketahanan terhadap kekeringan dan hama telah berhasil diuji di laboratorium. (Science Advances, 2018).

Konservasi Lingkungan: Revitalisasi spesies yang punah, seperti mamut berbulu, melalui penyuntingan DNA gajah menggunakan teknik CRISPR tengah diteliti oleh tim Harvard (Church et al., 2019).

Namun, teknologi ini memicu perdebatan etis. He Jiankui menciptakan bayi kembar hasil editing gen untuk kekebalan HIV pada 2018, memicu larangan global untuk penyuntingan embrio manusia secara tidak bertanggung jawab (Nature, 2019).

2. Pemanfaatan MicroRNA (miRNA)

MicroRNA adalah molekul RNA pendek yang berperan dalam mengatur ekspresi gen. Penemuan fungsi miRNA sebagai pengendali silencing gene telah membuka peluang besar dalam bidang kedokteran dan bioteknologi.

Penelitian Terkini

Penelitian oleh Calin & Croce (2006) menunjukkan bahwa disregulasi miRNA berhubungan langsung dengan kanker. Misalnya, miR-15a dan miR-16-1 ditemukan berkurang pada pasien leukemia limfositik kronis. Sejak itu, miRNA menjadi target potensial untuk terapi kanker.

Contoh Kasus dan Aplikasi

Terapi Kanker: miRNA seperti miR-34 diuji dalam uji klinis sebagai terapi antitumor untuk kanker paru-paru (Nature Medicine, 2020).

Deteksi Penyakit: Tes darah berbasis miRNA untuk diagnosis dini kanker pankreas kini dikembangkan oleh universitas di Jepang.

Implikasi Masa Depan

Kedokteran Regeneratif: Pemanfaatan miRNA untuk memprogram ulang sel dalam terapi regenerasi organ.

Pencegahan Penyakit: Modulasi miRNA untuk menekan ekspresi gen penyebab penyakit genetik.

Namun, tantangan masih ada, seperti stabilitas miRNA dalam tubuh dan cara pengantaran yang efektif. Menurut Garzon et al. (2020), teknologi nanopartikel mulai dikembangkan untuk memastikan keberhasilan terapi miRNA di tingkat klinis.

3. Pengembangan AlphaFold

AlphaFold, algoritma yang dikembangkan oleh DeepMind, mampu memprediksi struktur tiga dimensi protein dengan tingkat akurasi mendekati eksperimen laboratorium. Sebelum AlphaFold, penentuan struktur protein menggunakan metode laboratorium seperti kristalografi sinar-X bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Hasil Penelitian

Studi Senior et al. (2020) di Nature menunjukkan bahwa AlphaFold berhasil memprediksi 90% struktur protein yang sebelumnya sulit ditentukan.

Tahun 2021, AlphaFold menyelesaikan lebih dari 200 juta struktur protein dalam basis data AlphaFold Protein Structure Database.

Contoh Aplikasi

Pengembangan Obat: Perusahaan farmasi menggunakan AlphaFold untuk mendesain obat yang menargetkan protein penyebab penyakit seperti kanker dan Alzheimer.

Biologi Sintetik: Membantu rekayasa enzim baru untuk degradasi plastik di lingkungan (Studi PNAS, 2022).

Implikasi di Masa Depan

Dengan teknologi AlphaFold, pemahaman tentang struktur dan fungsi protein akan mempercepat solusi medis, inovasi bioteknologi, dan penciptaan material protein untuk industri.

4. Perkembangan Generative AI

Generative AI, seperti GPT-o1 dan DALL-E, dapat menciptakan konten tekstual, visual, dan bahkan molekuler baru. AI ini bekerja dengan mempelajari pola data besar dan mereproduksi kreativitas manusia.

Contoh Kasus

Pengembangan Molekul Obat: Perusahaan Insilico Medicine menggunakan AI untuk merancang kandidat obat fibrosis paru dalam hitungan minggu (Nature Biotechnology, 2020).

Industri Kreatif: AI menciptakan desain produk dan arsitektur yang dioptimalkan, seperti desain bangunan tahan gempa oleh AI di Jepang.

Tantangan dan Etika

Pendapat ahli seperti Stuart Russell menyoroti pentingnya kebijakan regulasi untuk mencegah penyalahgunaan AI generatif dalam propaganda atau keamanan.

5. Chip Neuralink

Neuralink mengembangkan brain-computer interface (BCI) untuk menghubungkan otak manusia dengan komputer. Proyek ini bertujuan mengobati kelumpuhan, gangguan neurologis, dan memungkinkan komunikasi digital langsung.

Penelitian dan Simulasi

Uji coba Neuralink pada monyet (2021) menunjukkan kemampuan mengontrol perangkat hanya dengan pikiran.

Studi Wolpaw et al. (2022) tentang BCI mendukung terapi pasien stroke dengan hasil signifikan dalam pemulihan motorik.

Aplikasi Masa Depan

Pemulihan Fungsi Motorik: Terapi untuk pasien lumpuh total.

Augmentasi Kognitif: Memori tambahan dan kemampuan berpikir cepat melalui koneksi langsung dengan data digital.

6. Pengembangan Starlink dan Internet Masa Depan

Proyek Starlink dari SpaceX bertujuan menyediakan internet global melalui satelit orbit rendah (LEO). Saat ini, Starlink telah meluncurkan lebih dari 4.000 satelit di orbit (data SpaceX, 2023).

Contoh Kasus

Starlink memberikan akses internet di wilayah terisolasi atau 3T, terluar-terdepan-terpencil di Indonesia hingga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, pendidikan dll.

Masa Depan Konektivitas

Dengan tingkat latensi rendah dan kecepatan tinggi, jaringan satelit mendukung:

– IoT dalam sistem smart cities.

– Komunikasi global untuk kendaraan otonom dan kapal laut.

7. Pengembangan Bahan Bakar Hidrogen

Hidrogen sebagai bahan bakar ramah lingkungan memiliki potensi besar dalam dekarbonisasi energi.

Data dan Penelitian

Teknologi elektrolisis menggunakan energi surya dan angin untuk memproduksi hidrogen hijau dengan emisi nol karbon.

Studi IEA (2023) menyatakan bahwa hidrogen dapat memenuhi 20% kebutuhan energi global pada tahun 2050.

Contoh Aplikasi

Jepang memimpin inovasi hidrogen dengan meluncurkan mobil Toyota Mirai dan infrastruktur stasiun hidrogen.

8. Perkembangan Riset Material Maju

Material seperti graphene memiliki konduktivitas listrik tinggi, kekuatan mekanik luar biasa, dan bobot ringan.

Penelitian dan Aplikasi

Graphene digunakan untuk baterai dengan kapasitas lebih tinggi dan waktu pengisian cepat (Studi ACS Nano, 2022).

Concrete futuristik: Material berbasis graphene dapat meningkatkan ketahanan bangunan terhadap gempa dan efisiensi energi.

9. Komputer Kuantum

Komputasi kuantum menggunakan prinsip superposisi dan entanglement untuk memproses data.

Aplikasi Terkini

Google Sycamore: Menyelesaikan perhitungan dalam 200 detik yang memerlukan 10.000 tahun di komputer klasik (2019).
IBM Quantum membuka akses publik ke komputer kuantum 127-qubit.

Masa Depan

Komputasi kuantum akan memecahkan masalah optimasi kompleks di logistik, riset material, dan kriptografi.

10-11. Elaborasi Pemikiran Futuristik Michio Kaku & Richard Dawkins

Michio Kaku: Di masa depan, teknologi akan membawa kita ke era “Planetary Civilization” dengan pemanfaatan sumber energi matahari penuh.

Richard Dawkins: Evolusi sintetik dan desain genetik memungkinkan manusia “menciptakan ulang dirinya”.

12. Struktur Ekonomi Masa Depan

Dengan otomasi dan AI, ekonomi akan bergeser menuju:

Gig Economy X.0: – – –

– Fleksibilitas pekerjaan tinggi.
– Universal Basic Income sebagai solusi pengangguran akibat robotisasi.

13. Geopolitik Masa Depan

Inovasi teknologi akan menjadi pusat kekuatan global. Negara yang memimpin dalam AI, kuantum, dan energi hijau akan mendominasi geopolitik.

14. Dinamika Iklim di Masa Depan

IPCC (2023) menyatakan bahwa pemanasan global akan melampaui 1,5°C dalam 20 tahun. Berbagai teknologi untuk mengelola perubahan iklim tersebut antara lain adalah;

– Geoengineering: Refleksi radiasi matahari.

– CCUS: Penyimpanan karbon bawah tanah.

EPILOG

Lalu apa sebenarnya Lintang Kemukus itu ? Dalam kosmologi Jawa, lintang kemukus merupakan penanda akan datangnya jaman jungkir balik atau pageblug. Lintang kemukus juga dapat diterjemahkan sebagai bintang berekor atau komet.
Menurut primbon Jawa, lintang kemukus yang muncul dari arah tertentu memiliki arti yang berbeda-beda, lintang kemukus dari utara adalan pertanda buruk, akan terjadi peristiwa seperti pemimpin negeri saling menjatuhkan, kemarau berkepanjangan, dan harga kebutuhan pokok sehari-hari mahal.

Sementara lintang kemukus dari arah barat adalah pertanda keberuntungan. Sedangkan lintang kemukus dari arah barat laut adalah pertanda akan ada dinamika politik seperti perebutan kekuasaan atau persaingan dalam konteks dominansi hegemoni.

Secara astronomi, lintang kemukus sebenarnya adalah fenomena langit yang dikenal sebagai fire ball yang merupakan salah satu jenis atau model dari meteor. Belum lama ini, tepatnya pada waktu dini hari 30 September hingga 6 Oktober 2024, langit fajar Indonesia kembali menyuguhkan pemandangan spektakuler berupa lintasan komet atau lintang kemukus, yaitu Komet C/2023 A3 (Tsuchinshan-ATLAS).

Apakah itu suatu pertanda ? Bisa saja, bergantung pada bagaimana cara kita memaknainya bukan ? Malah bagi saya, yang betul-betul menjadi pertanda itu justru berbagai kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi yang menjadikan ruang privat dan publik langitnya. Mungkin itulah Lintang Kemukus Digital bukan ? Dimana ia hadir sebagai pertanda bermulanya suatu era dimana proses civilization shifting sudah benar-benar terjadi. Bukan lagi sekedar wacana, apalagi imajinasi. 🙏🏾🙏🏾🩵🇲🇨🇲🇨

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts