Tauhid Nur Azhar

Terbang Aman dan Nyaman

Dini hari di suatu akhir pekan di penghujung bulan Desember saya telah berada di departure area terminal 3 bandara Soekarno Hatta. Usai proses pemeriksaan di departure gate tepat di depan anjung keberangkatan, saya memasuki area waiting room yang amat luas dan mencari tempat ngopi di antara gate 17 dan 23, gate keberangkatan saya dengan pesawat Garuda Indonesia, berada di salah satu gate di area itu. Maklumlah, jadwal boarding dan take off masih cukup lama, hingga masih ada waktu bagi saya untuk melaksanakan ibadah sholat Subuh terlebih dahulu, dan mencicipi segelas cappucino hangat di business lounge yang dapat saya akses dengan kartu prioritas dari bank saya secara gratis. Kapan lagi sarapan All U can Eat gratis kan ?

Tak terasa waktu boarding pun tiba, dengan menunjukkan kartu identitas kependudukan (KTP) dan QR/barcode di e-boarding pass di layar gawai saya, saya pun diberi akses untuk melenggang di garbarata dan memasuki fuselage atau tubuh pesawat Boeing 737-800 NG milik maskapai penerbangan nasional Indonesia; Garuda Indonesia. Saat itu Garuda Indonesia masih dinakhodai teman satu grup WA saya, APIC Mobility, Kang Irvan yang jagoan membenahi aneka masalah manajemen perusahaan yang dililit aneka persoalan karena salah kelola.

Seperti lagu Pak Kusir yang kerap saya nyanyikan saat masih duduk di bangku TK kelas 0 besar di TK Nasional Madiun yang dipimpin Kepala Sekolah legendaris, Bu Tien, “kududuk di muka”, dekat Pak Kusir, tepatnya sedikit di belakang Pak Pilot, hanya terpisah lavatory dan pantry dan kursi Mbak Pramugari atau melihat seragamnya tampaknya beliau seorang purser.

Sambil menikmati kursi yang lapang, empuk, dan kulit pembungkus yang lembut serta membekap muka sendiri dengan towel kecil lembab dan hangat yang ditawarkan Ibu purser, saya menarik nafas puas. Nyaman sekali pesawat ini gumam saya. Tapi rupanya kebahagiaan itu berlangsung cukup singkat, karena sesaat setelah take off dan posisi pesawat sedang climb up, mulai terasa guncangan-guncangan hebat di saat pesawat memasuki awan tebal kelabu yang tampak dari jendela bergulung-gulung seperti kapas kusut.

Beberapa kali saya juga sempat melihat petir di kejauhan menyambar sekelebat. Sontak mulut saya komat kamit berzikir dan berdoa, memohon keselamatan bagi kami semua.

Meski secara nalar, saya tahu persis bahwa pesawat Boeing 737-800 NG milik Garuda yang saya tumpangi ini telah dilengkapi dengan berbagai teknologi yang dapat menjamin keselamatan penerbangan, ramah lingkungan, hemat bahan bakar, dan nyaman untuk digunakan, tetap saja sebagai manusia biasa yang teramat kecil di hadapan kebesaran dan keagungan alam raya, saya merasa tak berdaya.

Boeing 737-800 NG (Next Generation) yang saya tumpangi ini bukan sekadar pesawat penumpang biasa. Pesawat ini telah menerima sentuhan desain sayap yang rumit, dilengkapi sistem avionik canggih, dan mesin CFM hemat bahan bakar, hingga menjadi salah satu seri Boeing yang paling canggih dan paling berhasil di pasaran.

Ukuran pesawat ini terbilang kompak, tapi bukan berarti mungil. Panjangnya hampir 39,5 meter, dengan tinggi 12,5 meter dan bentang sayap mencapai 35,8 meter. Bayangkan menyusun tiga busway TransJakarta secara berderet, begitulah kurang lebih rentang sayap 737-800 NG. Bodi pesawat berdiameter 3,76 meter, cukup proporsional untuk memuat hingga 189 penumpang dalam konfigurasi satu kelas.

Namun, yang lebih mencengangkan adalah luas sayap yang mencapai 124,6 meter persegi. Ibarat “perisai raksasa,” sayap ini menjadi media bagi inovasi seperti winglet dan split scimitar winglet. Winglet bagaikan bilah pedang tipis yang menancap di ujung sayap, memotong angin untuk mengurangi pusaran udara bertekanan tinggi (vortex).

Dalam bahasa aerodinamika, ia meningkatkan rasio lift-to-drag, sehingga pesawat dapat lebih hemat bahan bakar. Bahkan, pada opsi Split Scimitar Winglet, sayap dilengkapi “sirip” ganda; satu melengkung ke atas, satu lagi menjorok ke bawah, dan masing-masing dengan ujung melengkung yang dinamai scimitar tip.

Teknologi inilah yang mampu menekan konsumsi bahan bakar hingga ±2,2% lebih hemat dibandingkan winglet biasa. Jika dibayangkan dalam skala tahunan, satu pesawat bisa mengurangi emisi CO2 hingga lebih dari 510 ton per tahun, setara dengan menyelamatkan ribuan pohon di hutan tropis Kalimantan dan Sulawesi yang tengah saya datangi saat ini.

Dari tempat duduk berlapis kulit saya ini, deru mesin di sayap sebelah belakang terdengar seperti gemuruh bass Metallica raksasa. Menderum dan jenderal saat dipacu di landas pacu, tapi berangsur melembut saat tiba di ketinggian cruising, yang saat ini di 36.000 ribu kaki, atau biasa dikenal dalam istilah penerbangan sebagai FL360, atau flight level 36 ribu kaki.

Saya membayangkan mesin itu, CFM56-7B, yang konon mampu menghasilkan daya dorong hingga ±121,4 kiloNewton (setara 27.300 pon gaya) per mesin. Serupa monster bertenaga ratusan kuda, tetapi dibalut kecanggihan dan efisiensi tingkat tinggi. Tidak hanya bertenaga, mesin ini juga dilengkapi teknologi pendukung untuk menekan biaya operasional maskapai.

Seri CFM56-7BE “Evolution”, misalnya, meningkatkan efisiensi bahan bakar sekitar 1–2% per tahun dan menekan emisi karbon dioksida secara lebih optimal. Pada akhirnya, inovasi ini memungkinkan maskapai menjaga tarif tiket tetap kompetitif tanpa mengurangi margin keuntungan.

Usai guncangan hebat pertama sesaat setelah take off, Mbak purser kembali mengumumkan agar seluruh penumpang tetap mengenakan sabuk pengaman dan tidak diperkenankan meninggalkan tempat duduk karena kondisi cuaca buruk. Mungkin ada badai di atas laut Jawa pikir saya, sambil menatap langit pagi yang terasa semakin kelam itu.

Di luar jendela, terlihat beberapa kali kilatan cahaya petir dari kejauhan, memantul di permukaan sayap. Tapi untuk menenangkan diri saya mencoba untuk mencari film komedi di sistem AVOD (audio video on demand) yang merupakan layanan personal entertainment yang disediakan maskapai full services ini. Tapi karena guncangan masih sangat terasa, saya tidak bisa terlalu menikmati jalannya cerita. Bahkan untuk menenangkan diri, saya coba untuk mengingat-ingat berbagai informasi yang pernah saya baca dan pelajari tentang bagaimana Boeing 737-800 NG ini telah mulai dilengkapi radar (konsep) canggih bernama E-Turb (Enhanced Turbulence) Radar. Ibarat “mata ketiga,” radar ini dapat memindai kondisi atmosfer hingga 25 mil laut di depan, mencari pola pergerakan butiran air atau kristal es yang mengindikasikan turbulensi.

Bayangkan sebuah sensor Doppler yang mampu membaca arah dan kecepatan gerakan partikel di udara, dimana radar itu kemudian dengan bantuan piranti lunak canggih, akan menerjemahkan data menjadi warna-warni pada layar di kokpit. Magenta berarti ancaman serius, dan sepertinya warna itu mungkin yang saat ini terdisplay di cockpit ya.

Berkat teknologi yang dikembangkan dari hasil riset Buck and Bowles, 2009 yang berjudul:
A Methodology for Determining Statistical Performance Compliance for Airborne Doppler Radar with Forward-Looking Turbulence Detection Capability,
pilot bisa mengambil keputusan cepat, misalnya menaikkan atau menurunkan ketinggian penerbangan untuk menghindari pusaran atau olakan udara yang bergejolak.

Belum lagi fakta bahwa Boeing 737 seri 800 NG ini telah dilengkapi dengan fitur Vertical Situation Display (VSD), Head-Up Display (HUD), dan TCAS (Traffic Collision Avoidance System) yang mirip “perangkat super” dalam novel fiksi ilmiah. Semua dirancang agar pilot selalu terbantu dalam hal kewaspadaan situasional, situational awareness.

Tak dapat dipungkiri bahwa pilot pesawat modern, termasuk Boeing 737-800 NG, telah dilengkapi dengan berbagai teknologi yang dapat meminimalisir human error, salah satu penyebab utama insiden penerbangan, yang entah mengapa pada bulan Desember dari tahun ke tahun kerap memiliki angka insidensi dan accident yang tinggi.

Saat ini saja dunia aviasi tengah berduka dengan kecelakaan yang dialami oleh pesawat Boeing 737-800 NG milik maskapai Jeju Air di bandara Muan. Dan kedukaan masih tak lekang dari ingatan kita, bahwa pada tanggal 28 Desember pada tahun 2014 terjadi pula tragedi jatuhnya Airbus A320 dengan nomor penerbangan QZ8501 milik Air Asia di Selat Karimata.

Tapi dengan mengingat bahwa pilot penerbangan ini sudah amat berpengalaman dengan ribuan jam terbang dan ujian type rating yang ketat, dan pesawat ini teramat canggih, dengan sistem dan teknologi yang sudah dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan berdasar data yang diterima dari radar cuaca (Wx Radar), EGPWS (Enhanced Ground Proximity Warning System), dan FMS (Flight Management System), maka setiap manuver yang dihasilkan menandakan bahwa sistem avionik canggih sedang bekerja untuk menjaga kami semua tetap aman selama proses penerbangan.

Setelah beberapa menit penuh ketegangan, pesawat perlahan menembus lapisan awan terakhir. Cahaya mentari pagi menelisik masuk dari jendela, menyinari kabin dengan lembut. Guncanganpun mereda, dan tanda kenakan sabuk pengaman telah dipadamkan . Sebuah pengumuman dari kokpit menyusul, memberitahukan kami bahwa pesawat telah mencapai ketinggian jelajah, sekitar 36.000 kaki, dan sisa penerbangan hari ini sampai ke bandara destinasi akan berlangsung dalam cuaca yang cerah. Alhamdulillah.

Dengan napas kembali stabil, stelah sebelumnya agak memburu, saya berusaha memejamkan mata. Terlintas dalam pikiran, betapa takjubnya saya pada perpaduan sains dan teknologi yang tertanam di dalam burung besi ini. Boeing 737-800 NG bukan hanya soal angka statistik seperti kecepatan jelajah 946 km/jam atau jarak tempuh 5.765 km saja; melainkan ini adalah gambaran bagaimana manusia berkolaborasi dengan mesin dan teknologi untuk beradaptasi dengan berbagai dinamika yang dihadirkan alam.

Apa yang kita saksikan di balik kabin ini adalah hasil kerja keras ribuan insinyur, mekanik, dan pakar aerodinamika selama bertahun-tahun. Mulai dari desain sayap dengan airfoil tipishingga kokpit digital yang semakin “user-friendly,” semua berfungsi selayaknya potongan puzzle yang dapat saling mengisi; mensubstitusidab mengimplementasi secara sempurna.

Epilog

Boeing 737-800 NG* dirancang untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar, mengurangi kebisingan, dan meningkatkan kenyamanan penumpang. Maka tak heran jika pesawat ini menjadi andalan berbagai maskapai di dunia untuk rute jarak pendek hingga menengah, termasuk Garuda Indonesia.

Untuk mengenal lebih dekat pesawat canggih yang satu ini, silahkan simak data teknis terkait berikut ya :

Spesifikasi Teknis Boeing 737-800 Next Generation

Dimensi:

– Panjang: ±39,5 meter (129 kaki 6 inci)
– Tinggi: ±12,5 meter (41 kaki)
– Lebar sayap: ±35,8 meter (117 kaki 5 inci)
– Diameter badan pesawat: ±3,76 meter (12 kaki 4 inci)
– Luas sayap: ±124,6 m² (1341 kaki²)

Berat:

– Berat kosong: ±41.413 kg (91.300 lbs)
– MTOW (Maximum Takeoff Weight): ±79.015 kg (174.200 lbs)
– MLW (Maximum Landing Weight): ±65.317 kg (144.000 lbs)

Performa:

– Kecepatan jelajah: ±946 km/jam (511 knot, 588 mph)
– Kecepatan jelajah maksimum: Mach 0,82
– Jarak tempuh maksimum: ±5.765 km (±3.115 mil laut)
– Ketinggian maksimum: ±12.497 meter (41.000 kaki)

Mesin:

– Model: 2 × CFM International CFM56-7B
– Daya dorong: ±121,4 kN (27.300 lbf) per mesin

Kapasitas:

– Penumpang: 162 (konfigurasi dua kelas) hingga 189 (konfigurasi satu kelas)
– Bahan bakar: ±26.020 liter (6.873 galon)

Fitur Tambahan:

– Winglet (atau opsi Split Scimitar Winglet) untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar
– Kokpit digital dengan avionik modern
– Kabin yang lebih luas dengan kompartemen bagasi atas yang besar
– Mesin yang lebih senyap untuk kenyamanan penumpang

Salah satu kunci efisiensi Boeing 737-800 NG terletak pada desain sayapnya. Dibandingkan pendahulunya, 737-800 NG memiliki luas sayap lebih besar dan desain airfoil yang lebih canggih, sehingga mengurangi drag (hambatan udara) secara signifikan.

Pesawat ini umumnya dilengkapi winglet di ujung sayap untuk mengurangi vortex (pusaran udara) yang kerap muncul di ujung sayap. Adanya winglet mampu menghemat bahan bakar hingga ±6,69% (meski efisiensi riilnya bervariasi antara 4,6%–10,5% bergantung rute dan kondisi penerbangan). Maskapai juga dapat memilih upgrade ke Split Scimitar Winglet, yang strukturnya membelah (split) menjadi dua bagian; satu membentang ke atas (winglet atas) dan satu ke bawah (ventral strake). Masing-masing dilengkapi ujung melengkung yang dinamai scimitar tip. Desain unik ini dapat menghasilkan beberapa kondisi berikut:

1. Meningkatkan efisiensi bahan bakar hingga ±2,2% lebih tinggi dibanding winglet konvensional.
2. Mengoptimalkan aliran udara di ujung sayap sehingga rasio gaya angkat terhadap hambatan (lift-to-drag ratio) menjadi lebih baik.
3. Dapat menurunkan emisi CO2 lebih dari 510 ton per pesawat per tahun.

Hasilnya, konsumsi bahan bakar per kursi bisa turun hingga 9–14% dibandingkan model sebelumnya, sementara jangkauan terbangnya pun bertambah.

Boeing 737-800 NG dicatudayai oleh dua mesin CFM56-7B yang terus mengalami berbagai peningkatan kinerja. Salah satu varian peningkatan signifikan adalah CFM56-7BE “Evolution”, yang dapat meningkatkan efisiensi bahan bakar sekitar 1–2% per tahun serta mengurangi emisi CO2. Juga mampu eningkatkan margin EGT (Exhaust Gas Temperature) sehingga mesin lebih tahan panas dan awet.

Keunggulan itu pada gilirannya akan dapat menurunkan biaya perawatan hingga 4% pada rating propulsi/ daya dorong tertinggi. Secara keseluruhan, mesin CFM56-7B mampu menghasilkan daya dorong di rentang ±24.500–32.900 lbf. Sementara konsumsi bahan bakarnya lebih rendah 8% dibanding generasi CFM56 terdahulu (yang dipakai pada 737 Klasik). Engine CFM baru juga memiliki desain airfoil turbin tekanan tinggi dan rendah yang dioptimasi dengan teknik desain 3D.

Boeing 737-800 NG sudah dilengkapi sederet fitur avionik canggih untuk meningkatkan keselamatan penerbangan, antara lain:

1. Kokpit Digital: Layar LCD menampilkan informasi penerbangan, navigasi, dan kondisi sistem pesawat secara lebih ringkas dan jelas.

2. Vertical Situation Display: Menyuguhkan gambaran vertikal jalur penerbangan, membantu pilot menghindari area berbahaya.

3.Head-Up Display (HUD): Informasi penting ditampilkan pada kaca depan kokpit, memungkinkan pilot fokus ke luar jendela.

4. Sistem Navigasi Canggih:
– GNSS (Global Navigation Satellite System) untuk presisi lokasi yang lebih baik.
– RNP (Required Navigation Performance) hingga 0,10 NM untuk akurasi rute yang ketat.
– FMS (Flight Management System) untuk perencanaan rute yang efisien.

5. Sistem Peringatan & Pencegahan(Warning & Alert System) :

– TCAS (Traffic Collision Avoidance System) untuk mencegah tabrakan udara.
– EGPWS (Enhanced Ground Proximity Warning System) untuk menghindari bahaya benturan dan menjaga ketinggian dari daratan atau permukaan laut.
– EICAS (Engine Indicating and Crew Alerting System) memantau kinerja mesin dan sistem pesawat secara real-time.

6. Autopilot & Autothrottle Canggih: Mengurangi beban kerja pilot dan meningkatkan stabilitas pesawat dengan bantuan komputer secara terotomasi.

Setiap kali saya melakukan penerbangan, terutama ketika cuaca sedang tidak bersahabat, saya selalu diingatkan akan dahsyatnya kekuatan alam dan betapa kecilnya kita di hadapan semesta ciptaan Tuhan. Meskipun begitu, kecanggihan teknologi yang tertanam dalam pesawat seperti Boeing 737-800 Next Generation menawarkan jaminan keselamatan dan efisiensi terbaik di kelasnya.

Dari desain sayap yang revolusioner, mesin hemat bahan bakar, hingga avionik berstandar tinggi, seluruhnya dirancang untuk memberikan penerbangan yang andal dan nyaman. Bagi maskapai, pesawat ini terbukti menguntungkan karena efisiensinya, sedangkan bagi penumpang, keunggulan teknis ini menghadirkan jaminan kenyamanan dan keselamatan. Walhasil, meskipun berada di tengah awan kelabu dan gempuran petir, saya dapat berdoa dan berzikir dengan keyakinan bahwa kami berada di dalam “karya rekayasa” terbaik hasil kolaborasi sains, teknologi, dan budaya inovasi manusia. Semoga perjalanan dan penerbangan Anda berikutnya juga senyaman dan seaman ini ya teman-teman 🙏🏾🙏🏾🙏🏾

Daftar Pustaka

1. Boeing. (n.d.). Boeing 737 Technical Specs & Documents. Diakses melalui https://www.boeing.com/commercial/737ng

2. Boeing. (n.d.). 737 Airplane Characteristics for Airport Planning. Diakses melalui http://www.boeing.com/commercial/airports/plan_manuals.page

3. Federal Aviation Administration (FAA). (n.d.). Type Certificate Data Sheet (TCDS) for Boeing 737 Series. Diakses melalui https://rgl.faa.gov

4. CFM International. (n.d.). CFM56-7B Engine Overview. Diakses melalui https://www.cfmaeroengines.com/engines/cfm56-7b

5. CFM International. (n.d.). CFM56-7BE “Evolution” Upgrade. Diakses melalui https://www.cfmaeroengines.com

6. Aviation Partners Boeing. (n.d.). Blended Winglet & Split Scimitar Winglet Technology. Diakses melalui http://www.aviationpartnersboeing.com

7. Collins Aerospace. (n.d.). Enhanced Turbulence Radar (E-Turb) Technology. Diakses melalui https://www.collinsaerospace.com

8. Honeywell Aerospace. (n.d.). Weather Radar & Turbulence Detection Systems. Diakses melalui https://aerospace.honeywell.com

9. Airbus, Boeing, & Industry Data (referensi umum perbandingan efisiensi bahan bakar pesawat). (2020). Fuel Efficiency Trends for Commercial Jet Aircraft.

10. Skybrary. (n.d.). Boeing 737-800 Specifications & Performance. Diakses melalui https://skybrary.aero/aircraft/b738

11. International Civil Aviation Organization (ICAO). (n.d.). Environmental Protection — Carbon Emissions & Fuel Efficiency. Diakses melalui https://www.icao.int/environmental-protection

12. Flightglobal / Flight International. (berbagai tahun). Berita dan Artikel Terkait Boeing 737 NG, Winglet, dan Sistem Avionik. Dapat diakses melalui https://www.flightglobal.com

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts