Tauhid Nur Azhar

NGABUBUWRITE-2

Kemarin siang usai bertugas mengisi kegiatan Ramadhan di Telkom Japati, saya melenggang dengan santai ke SCCIC ITB untuk menghadiri rapat persiapan usulan Frame Work of Smart Indonesia. Saya melintasi area publik di sekitar Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat yang telah ditata menjadi area olahraga dan dilengkapi dengan playing ground dan outdoor fitness yang cukup baik dan berhasil menarik masyarakat untuk beraktivitas di sana.

Rute saya berjalan kaki, setelah keluar dari area Monumen Perjuangan Rakyat, adalah menyeberangi jalan raya Dipati Ukur dan masuk ke Jl. Hasanudin. Di jalan kawasan Dago itu keteduhan tajuk dari pohon dikotil besar seperti Mahoni memberikan sensasi yang amat menyenangkan dan menyegarkan bagi saya yang tengah berpuasa. Semangat menjadi semakin membara dan aliran oksigen dari pepohonan yang ada di sepanjang jalan membuat paru-paru dan darah merah saya seolah ingin berteriak riang.

Sepanjang perjalanan itu saya tersenyum-senyum sendiri membayangkan suasana kajian di Telkom yang baru saja usai. Bahasan tentang pusat kecanduan dan reward center di ventral tegmental area dan nukleus akumbens serta neurotransmiternya seperti dopamin yang dikaitkan dengan konsep membedakan kebutuhan dan keinginan serta pengendalian hawa nafsu di saat kita berpuasa selama bulan Ramadhan. Seru dan senang sekali, rupanya topik kajian kali ini memberi nuansa yang sedikit berbeda dalam kajian yang diselenggarakan di masjid Darul Ihsan itu.

Tak terasa perjalanan saya telah tiba di jalan raya Ir Haji Djuanda, jalan yang dinamai sebagai apresiasi dan penghargaan kepada tokoh yang dilahirkan di Tasikmalaya pada 14 Januari 1911 yang telah mencetuskan sebuah deklarasi spektakuler yang membuat kita menjadi negara kepulauan yang berdaulat.

Isi Deklarasi Djuanda ialah:

1) Bahwa Indonesia menyatakan sebagai negara kepulauan yang mempunyai corak tersendiri, 2) Bahwa sejak dahulu kala kepulauan Nusantara ini sudah merupakan satu kesatuan, 3) Ketentuan Ordonansi 1939 tentang Ordonansi dapat memecah belah keutuhan wilayah Indonesia.

Djuanda juga permah menjabat Perdana Menteri dan Direktur Jawatan Kereta Api. Insinyur yang satu ini juga diabadikan sebagai nama bandara internasional di Surabaya.

Dari jalan Ir H Djuanda saya berbelok memasuki jalan Ganesha dan sempat berhenti sejenak untuk mengagumi dan mengambil gambar sebuah gedung tua peninggalan era kolonial Belanda yang baru saja selesai direnovasi. Desainnya unik dan cantik sekali. Hingga siapapun yang melihat fasadnya pasti akan tertarik.

Singkat cerita saya tiba di Pusat Inovasi Kota & Komunitas Cerdas (SCCIC) ITB kampus ITB Jalan Ganesha No. 10, tepatnya di Gedung Achmad Bakrie, Labtek VIII lantai 3. Langsung disambut oleh Suhono sensei. Prof tengah menghadapi layar lebar yang berisi presentasi terkait platform atau gambaran skematis Framework kecerdasan terintegrasi untuk menuju Indonesia cerdas yang sejahtera, berkeadilan, dan damai.

Dalam diagram sistematis itu tergambar dengan sangat terstruktur langkah-langkah strategis berisi upaya kongkret untuk mencapai tujuan Indonesia cerdas. Adapun 3 domain utama dalam kerangka kerja tersebut adalah sensing, understanding, dan acting. Di mana karena kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan berbasis pada pemanfaatan teknologi digital, maka di area sensing atau sistem pengakuisisi data terdapat penjelasan tentang berbagai sumber data, sistem sensor, dan berbagai jenis input informasi lainnya.

Sedangkan di otak program, yang diperlukan untuk menganalisis dan memahami serta mengoptimasi manfaat data hingga dapat menjadi pengetahuan yang bijak (Data-Information-Knowledge-Wisdom) terdapat “mesin-mesin” berbasis AI seperti subset machine learning, deep learning, dengan berbagai varian pengembangannya seperti Transformer dengan LLM nya serta varian AI lainnya seperti XAI, atau auto ML.

Sementara ranah penerapannya berdasar fungsi dan area, tentu saja meliputi fungsi-fungsi pelayanan publik yang krusial seperti pelayanan kesehatan, penyediaan layanan transportasi, enabler ekonomi, pendidikan, energi, daya dukung lingkungan, juga keamanan dan pertahanan. Areanya bisa meliputi wilayah administratif setingkat kabupaten kota ataupun propinsi. Sementara sektor fungsionalnya dapat meliputi segenap kementerian dan LK terkait.

Kementerian Komdigi dapat bertindak sebagai regulator yang sekaligus berperan sebagai orkestrator dalam proses pivoting kerangka kerja kecerdasan Indonesia ini. Dimana dalam dunia bisnis proses pivot sendiri didefinisikan sebagai perubahan strategi bisnis untuk menjawab adanya perubahan dalam industri, preferensi pelanggan, atau faktor lain yang mempengaruhi keuntungannya. Dalam konteks bernegara, adopsi sistem cerdas ke semua sektor dan area tentulah membutuhkan proses serupa bukan?

Usai rapat yang menyenangkan saya pun kembali meneruskan perjalanan kaki ke arah Balubur Town Square alias Baltos untuk janji temu berikutnya. Saya kembali berjalan di bawah tajuk pepohonan besar di sepanjang Ganesha, Gelap Nyawang, dan Taman Sari. Sekali lagi pikiran saya berkelana dan bertanya-tanya tentang proses fotosintesa yang membuat sepasang burung Kacamata Jawa dapat asyik masyuk bercanda di ranting Rasamala, dan Kutilang alias Cangkurileng khusyu’ berdendang di pucuk pohon Mahoni.

Pada dasarnya pohon mahoni (Swietenia macrophylla) di tepi jalan Ganesha melakukan fotosintesa untuk menghasilkan energi dan oksigen. Proses ini melibatkan serangkaian reaksi kimia yang bergantung pada cahaya matahari, karbon dioksida (COβ‚‚), dan air (Hβ‚‚O).

Fotosintesa sendiri terdiri dari dua tahap utama: reaksi terang (light-dependent reactions) dan siklus Calvinb(reaksi gelap). Reaksi Terang berlokasi di membran tilakoid dalam kloroplas daun. Sumber Energi nya adalah paket energi cahaya (foton) dari matahari. Dimana foton diserap oleh pigmen klorofil, terutama pada panjang gelombang biru (430 nm) dan merah (662 nm). Energi foton ini akan memicu pemecahan molekul air (fotolisis) menjadi oksigen (Oβ‚‚), ion H⁺, dan elektron.

Reaksi di atas akan menghasilkan ATP (adenosin trifosfat) dan NADPH (pembawa elektron) sebagai sumber energi untuk siklus Calin.

πšπšŽπšŠπš”πšœπš’ πšƒπšŽπš›πšŠπš—πš*
`12 𝙷2𝙾 + 12 𝙽𝙰𝙳𝙿+ + 18 𝙰𝙳𝙿 + 18 π™Ώπš’ β†’ 6 𝙾2 + 12 𝙽𝙰𝙳𝙿𝙷 + 18 π™°πšƒπ™Ώ`

π™ΊπšŽπšπšŽπš›πšŠπš—πšπšŠπš—:
– 𝙷2𝙾 = πšŠπš’πš›
– 𝙽𝙰𝙳𝙿+ = πš—πš’πš”πš˜πšπš’πš—πšŠπš–πš’πšπšŠ πšŠπšπšŽπš—πš’πš— πšπš’πš—πšžπš”πš•πšŽπš˜πšπš’πšπšŠ 𝚏𝚘𝚜𝚏𝚊𝚝 (πšπšŽπš›πš˜πš”πšœπš’πšπšŠπšœπš’)
– 𝙰𝙳𝙿 = πšŠπšπšŽπš—πš˜πšœπš’πš— πšπš’πšπš˜πšœπšπšŠπš
– π™Ώπš’ = 𝚏𝚘𝚜𝚏𝚊𝚝 πšŠπš—πš˜πš›πšπšŠπš—πš’πš”
– 𝙾2 = πš˜πš”πšœπš’πšπšŽπš—
– 𝙽𝙰𝙳𝙿𝙷 = 𝙽𝙰𝙳𝙿 πšπšŽπš›πšŽπšπšžπš”πšœπš’
– π™°πšƒπ™Ώ = πšŠπšπšŽπš—πš˜πšœπš’πš— πšπš›πš’πšπš˜πšœπšπšŠπš

Siklus Calvin (Reaksi Gelap) berlokasi di stroma kloroplas, di mana COβ‚‚ dari udara difiksasi oleh enzim *RuBisCO* menjadi senyawa organik (glukosa). ATP dan NADPH dari reaksi terang digunakan untuk mengubah COβ‚‚ menjadi gula (C₆H₁₂O₆).

Siklus Calvin adalah reaksi pembentukan glukosa melalui reaksi kimia yang mengubah CO2 dan beberapa komponen menjadi gliseraldehida 3-fosfat.

Perbedaan antara reaksi terang dan reaksi gelap adalah sebagai berikut;
– Reaksi terang memerlukan energi cahaya dan reaksi gelap tidak memerlukannya
– Proses yang terjadi pada reaksi terang: ADP + NADP + Fosfat + Energi cahaya + Air β†’ ATP + NADH + Oksigen. Sementara itu, proses siklus Calvin: NADPH + ATP + RuDP + Karbon dioksida β†’ PGAL + NADP
– Reaksi terang membutuhkan cahaya matahari sebagai sumber energi. Sementara reaksi gelap membutuhkan energi yang berasal dari reaksi terang
– Reaksi terang menghasilkan oksigen dan reaksi gelap menghasilkan karbohidrat sederhana atau gula.

Penemu siklus Calvin adalah Melvin Calvin Ellis, peneliti yang memperoleh gelar Bachelor of Science dari Michigan College of Mining and Technology (sekarang dikenal sebagai Michigan Technological University) pada tahun 1931. Kemudian, pada tahun 1935 memperoleh gelar Ph.D. dalam kimia dari University of Minnesota.

Melvin melakukan riset mengenai fotosintesis melalui penggunaan pelacak. Beliau menggunakan isotop karbon-14 sebagai perunut radioaktif untuk mengungkap reaksi gelap fotosintesis atau dikenal sebagai siklus Calvin atau daur Calvin. Pada tahun 1961, beliau dijuluki sebagai Mr. Photosynthesis oleh majalah Time.

Proses kimia dalam fotosintesis terkait reaksi gelap adalah sebagai berikut;

Siklus Calvin (Reaksi Gelap)
`6 CO2 + 18 ATP + 12 NADPH β†’ C6H12O6 + 18 ADP + 12 NADP+ + 6 H2O`

Keterangan:
– CO2 = karbon dioksida
– C6H12O6 = glukosa

Hingga rumus kimia keseluruhan dalam fotosintesa adalah;

`6 CO2 + 6 H2O β†’ C6H12O6 + 6 O2`

Lalu darimana datangnya sumber energi untuk proses fotosintesis? Tentu dari paket cinta bernama quanta yang kita kenal sebagai cahaya. Dimana cahaya sebagai sumber energi pada hakikatnya adalah hamburan foton yang dihasilkan dari reaksi fusi nuklir di inti matahari, di mana 4 inti hidrogen (proton) bergabung membentuk helium (¹⁰⁰ juta °C). Energi foton menempuh 150 juta km dalam ±8 menit. Lalu pohon Mahoni menyerap foton melalui daun, dengan efisiensi spektrum cahaya 1-2% untuk fotosintesis.

Kemudian Karbon Dioksida (COβ‚‚) diperoleh dari udara sekitar melalui stomata daun. Di jalan Gamesha, sumber utama COβ‚‚ adalah emisi kendaraan bermotor dan respirasi organisme, misal mahasiswa ITB, pedagang di Gelap Nyawang, kawanan burung, dan juga kuda.

Sementara air (Hβ‚‚O) diserap oleh akar dari tanah (air hujan atau dari sistem drainase). Pohon mahoni di daerah urban seperti Bandung mungkin menghadapi tantangan polusi atau kekeringan, tetapi sistem akarnya yang dalam (tunjang) dapat membantu menjangkau simpanan air di berbagai lapisan tanah.

Dari persamaan fotosintesis, 6 molekul COβ‚‚ menghasilkan 6 molekul Oβ‚‚ dapat kita asumsikan bahwa satu pohon Mahoni dewasa (tinggi 15-20 m) dapat menghasilkan 100–118 kg Oβ‚‚/tahun atau ~260–300 gram/hari. Di mana jumlah ini cukup untuk kebutuhan pernapasan 2–3 orang dewasa per hari.

Faktor apa saja yang dapat menentukan tingkat produksi oksigen dari sebatang pohon Mahoni? Faktor penentu itu antara lain adalah intensitas cahaya matahari (di Bandung: iklim tropis basah dengan curah hujan tinggi), ketersediaan air dan nutrisi tanah, dan kesehatan daun serta kloroplasnya tentu saja.

> Pohon Mahoni di jalan Ganesha, Ir Haji Djuanda, Hasanudin, Teuku Umar, Imam Bonjol, Teuku Angkasa, Dipati Ukur, sampai Cipaganti tidak hanya menghasilkan oksigen, tetapi juga dapat menyerap COβ‚‚ dan polutan (NOβ‚‚, SOβ‚‚) dari kendaraan bermotor dengan emisi gas buangnya. Pepohonan pelindung jalan itu juga dapat membantu meredam kebisingan dan mengurangi efek urban heat island.

Satu hektar hutan kota heterogen (termasuk Mahoni) dapat menghasilkan oksigen untuk 18 orang/tahun (data FAO). Dengan produksi Oβ‚‚ Β±100 kg/tahun, satu pohon Mahoni berkontribusi besar terhadap kualitas udara di Bandung yang padat penduduk dan pada pula kendaraan di sistem lalu lintasnya.

Sintesis dari kisah perjalanan di atas adalah kira-kira demikian:
π™Ήπš’πš”πšŠ πšœπšŽπšœπšŽπš˜πš›πšŠπš—πš πš–πšŠπš–πš™πšž πš–πšŽπš—πšπšŽπš—πšπšŠπš•πš’πš”πšŠπš— πš‘πšŠπš πšŠ πš—πšŠπšπšœπšžπš—πš’πšŠ πš’πšŠπš—πš πšπš’πš™πšŽπš—πšπšŠπš›πšžπš‘πš’ πš™πš›πšŽπšπšŽπš›πšŽπš—πšœπš’ πšπšŠπš— πš”πš˜πš—πšπš’πšœπš’ πšŠπšπš’πš”πšœπš’ πšπš’ πšŠπš›πšŽπšŠ πš—πšžπš”πš•πšŽπšžπšœ πšŠπš”πšžπš–πš‹πšŽπš—, πšŸπšŽπš—πšπš›πšŠπš• πšπšŽπšπš–πšŽπš—πšπšŠπš• πšŠπš›πšŽπšŠ πšπšŠπš— πšŠπš–πš’πšπšπšŠπš•πšŠπš—πš’πšŠ, πš‘πš’πš—πšπšπšŠ πšπšŠπš™πšŠπš πš–πšŽπš–πš‹πšŽπšπšŠπš”πšŠπš— πš”πšŽπš‹πšžπšπšžπš‘πšŠπš— πšπšŠπš— πš”πšŽπš’πš—πšπš’πš—πšŠπš—, πš–πšŠπš”πšŠ πš–πšžπš—πšπš”πš’πš— πšŠπš”πšŠπš— πš‹πšŠπš—πš’πšŠπš” πš˜πš›πšŠπš—πš πšœπšŽπš–πšŠπš”πš’πš— πš™πšŽπšπšžπš•πš’ πšπšŽπš—πšπšŠπš— πš”πš˜πš—πšπš’πšœπš’ πš•πš’πš—πšπš”πšžπš—πšπšŠπš— πšπšŠπš— πš–πšŠπšœπšŠ πšπšŽπš™πšŠπš—. πšƒπš’πšπšŠπš” πš‹πšŽπš›πš˜πš›πš’πšŽπš—πšπšŠπšœπš’ πš”πšŽ πšπšŠπš•πšŠπš– πšπšŠπš— 𝚜𝚎𝚜𝚊𝚊𝚝 πš’πšŠπš—πš πš–πšŽπš—πšπš‘πšŠπšœπš’πš•πš”πšŠπš— πšπš˜πš–πš’πš—πšŠπšœπš’ πšŽπšπš˜πšœπšŽπš—πšπš›πš’πš” πšπšŠπš— πšœπš’πšπšŠπš πš‘πšŽπšπš˜πš—πš’πš” πš’πšŠπš—πš πšœπšŽπš—πšŠπš—πšπš’πšŠπšœπšŠ πš–πšŽπš–πš‹πšžπš›πšž πš”πšŽπš—πš’πš”πš–πšŠπšπšŠπš—. π™ΌπšŠπš”πšŠ πš˜πš›πšŠπš—πš πšŠπš”πšŠπš— πš•πšŽπš‹πš’πš‘ πš–πšŽπš–πš’πš•πš’πš‘ πš‹πšŽπš›πš“πšŠπš•πšŠπš— πš”πšŠπš”πš’, πš‹πšŽπš›πšœπšŽπš™πšŽπšπšŠ, 𝚊𝚝𝚊𝚞 πš–πšŽπš—πšπšπšžπš—πšŠπš”πšŠπš— πšπš›πšŠπš—πšœπš™πš˜πš›πšπšŠπšœπš’ πš–πšŠπšœπšœπšŠπš•, πšœπšŠπš–πš‹πš’πš• πšπšŽπš›πšžπšœ πš–πšŽπš—πš“πšŠπšπšŠ πš”πš˜πš—πšπš’πšœπš’ πš•πš’πš—πšπš”πšžπš—πšπšŠπš—, πš›πšžπšŠπš—πš πšπšŽπš›πš‹πšžπš”πšŠ πš‘πš’πš“πšŠπšž, πšπšŠπš— πš–πšŽπš–πš™πš›πšŽπšœπšŽπš›πšŸπšŠπšœπš’ πšœπšžπš–πš‹πšŽπš› 𝚍𝚊𝚒𝚊 πš•πšŠπš’πš—πš—πš’πšŠ πšœπšŽπšŒπšŠπš›πšŠ πš‹πšŽπš›πš”πšŽπšœπš’πš—πšŠπš–πš‹πšžπš—πšπšŠπš—.

π™³πš’ πšœπš’πš—πš’πš•πšŠπš‘ πšπš’πšπš’πš” πšπšŽπš–πšžπš—πš’πšŠ πšŠπš—πšπšŠπš›πšŠ πš–πšŠπš—πšžπšœπš’πšŠ, πš•πš’πš—πšπš”πšžπš—πšπšŠπš—, πšπšŠπš— πšπšŽπš”πš—πš˜πš•πš˜πšπš’ πšœπšŽπš‹πšŠπšπšŠπš’ πšŽπš—πšŠπš‹πš•πšŽπš› 𝚊𝚝𝚊𝚞 πš™πšŽπš–πšŠπš—πšπš’πš” πš’πšŠπš—πš πšπšŠπš™πšŠπš πš–πšŠπšžπš“πšžπš πšπšŠπš•πšŠπš– πšœπšŽπš‹πšŽπš—πšπšžπš” πšœπš’πšœπšπšŽπš– πšŒπšŽπš›πšπšŠπšœ πš’πšŠπš—πš πš–πšŽπš›πšžπš™πšŠπš”πšŠπš— πš‹πšŠπšπš’πšŠπš— πšπšŠπš›πš’ πšœπšŽπš‹πšžπšŠπš‘ πšœπš’πšœπšπšŽπš– πš’πš—πšπšžπš” πšπšŽπš›πš’πš—πšπšŽπšπš›πšŠπšœπš’ πšπšŠπš•πšŠπš– πš”πš˜πš—πšœπšŽπš™ πš‚πš–πšŠπš›πš π™½πšŠπšπš’πš˜πš—

π™ΉπšŠπšπš’ πš—πš’πšŠπš–πš‹πšžπš—πš πšœπšŽπš–πšžπšŠ πš”πšŠπš— πšŒπšŠπšπšŠπšπšŠπš— πš™πšŽπš›πš“πšŠπš•πšŠπš—πšŠπš—πš—πš’πšŠ?

πŸ™πŸΎπŸ™πŸΎπŸ™πŸΎ

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts