Asal Usul Nama Pantai Siung, Surga Para Pemanjat Tebing di Yogyakarta
Gunungkidul – Kota Yogyakarta tak hanya dikenal sebagai kota wisata budaya dan sejarah. Tak jauh dari pusat Kota Gudeg ini tersembunyi sejumlah pantai indah yang menyuguhkan pemandangan khas nan eksotis. Salah satunya adalah Pantai Siung terletak di Dusun Wates, Desa Duwet, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Pantai Siung tergolong istimewa dibanding pantai-pantai lain di Gunungkidul. Pantai ini memiliki lanskap indah yang dikelilingi oleh tebing-tebing tinggi. Tak heran, jika sejak tahun 1998 banyak komunitas panjat tebing berlatih disini, hingga membuat tebing Siung mulai terkenal sebagai kawasan panjat tebing dan wisata alam yang menarik. Bahkan Pemerintah Propinsi Yogyakarta meresmikan Pantai Siung sebagai pantai untuk lokasi panjat tebing.
Baca Juga: Enam Gunungan Diarak dalam Tradisi Grebeg Besar Keraton Yogyakarta
Baca Juga: Kuliner Menggoda di Pasar Kranggan Yogyakarta, yang Wajib Kamu Coba!
Nama Pantai Siung Berasal dari ‘Asihe Biyung’ atau Kasih Ibu
Menilik sejarahnya, menurut informasi dari laman gunungkidulkab.go.id, sejarah nama Pantai Siung berkaitan dengan keberadaan batu karang raksasa yang ada di sekitar pantai. Batu-batu karang yang menjorok ke laut ini jika dilihat dari kejauhan berbentuk seperti gigi taring kera atau dalam bahasa Jawa disebut dengan “siung wanara”. Siung berarti taring dan wanara dalam mitologi Hindu adalah manusia hutan atau kera.
Namun tak banyak yang tahu, dibalik nama Pantai Siung ternyata tersimpan cerita rakyat yang terinspirasi dari kasih sayang seorang ibu pada anaknya.
Nama ‘Siung’muncul dari kisah legenda seorang perempuan bernama Roro Surti. Sutri adalah putri dari Ki Demang Madang yang dipaksa menikah dengan putra seorang Bupati yang kaya, saat masih berjayanya Kerajaan Majapahit. Tak mau dipaksa menikah, Surti lalu melarikan diri ke daerah Gunung Kidul.
Awalnya, orang-orang yang mengejar mengira Surti lari menuju ke arah Pantai Baron dan telah mati bunuh diri. Padahal sesugguhnya Surti lari ke arah kiri menuju Pantai Watu Lawang (sekarang menjadi Pantai Siung).
Surti lalu hidup di pemukiman bersama orang-orang sekitar dan diangkat anak oleh seorang pedagang nasi bernama Mbok Lantur. Surti kemudian menikah dengan pemuda yang merupakan putra salah seorang yang terpandang bernama Pawiro Sekti.
Saat ditanya tentang siapa ia sebenarnya, Surti dengan jujur memberi tahu bahwasannya ia adalah Putri Ki Demang Madang yang dulu dipaksa menikah. Sontak orang-orang pun heran, bukankah Surti konon telah mati bunuh diri di Pantai Baron? Lalu Surti pun menceritakan hal yang sebenarnya.
Setelah menikah Surti dikaruniai seorang anak laki-laki, dan iapun diminta untuk memilih dimana kelak ia akan tinggal. Surti memilih untuk tinggal disekitar pantai dengan suami dan anaknya. Alasannya, Surti tak mau meninggalkan anakanya yang sakit-sakitan dan ingin merawat dan membersarkannya dengan sepenuh hati Surti.
Kisah Surti dan pengorbanannya pada sang buah hati membuat nama pantai yang jadi tempat tinggalnya diganti. Nama pantai diambil dari bahasa Jawa yaitu: “Asihe Biung” atau Kasih Ibu. Sehingga nama pantai itupun berubah menjadi Pantai Siung.****
Simak Video Lengkap Asal Usul Nama Pantai Siung: