| | | |

Wasiat Mbah Maridjan Pasca Erupsi Merapi Yang Terbukti

Satu dasawarsa telah berlalu, semenjak kepergian Mas Penewu Surakso Hargo atau yang lebih akrab dengan sapaan Mbah Maridjan. Beliau adalah salah satu sosok abdi dalem Keraton Kasultanan Yogakarta Hadiningrat yang mendapat amanah sebagai Juru Kunci Merapi. Pria yang lahir pada masa Kolonial Hindia Belanda ini diberikan amanah oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX sejak tahun 1982, setelah 12 tahun sebelumnya dipercaya sebagai Wakil Juru Kunci Merapi.

Letusan Gunung Merapi 2010
Puncak Gunung Merapi mengeluarkan awan panas beserta material vulkanis pada saat terjadi erupsi tahun 2010

Pada saat terjadi erupsi Gunung Merapi tahun 2006, Mbah Maridjan menjadi semakin dikenal karena keberaniannya. Beliau bersikeras untuk tetap tinggal ketika pemerintah melakukan evakuasi masyarakat sekitar Gunung Merapi. Beberapa saat setelah keadaan dinyatakan aman, tim JogjaArchive.com berkesempatan melakukan wawancara ekslusif dengan Mbah Maridjan.

Bertempat di Srimanganti, beliau mengungkapkan alasan tidak bersedia turun gunung ketika erupsi terjadi, yaitu menjalankan amanah yang didapat dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Mbah Maridjan meyakini bahwa seorang abdi dalem mempunyai kewajiban untuk taat terhadap aturan Keraton. Dan salah satu tugas beliau sebagai Juru Kunci Merapi adalah merawat tempat-tempat khusus untuk kepentingan spiritual di kawasan Gunung Merapi bagaimanapun keadaannya. Namun pada kesempatan yang sama, Mbah Maridjan juga menekankan bahwa siapapun yang tidak punya tugas terkait Gunung Merapi harus menaati aturan pemerintah untuk mengungsi ke tempat yang dinilai lebih aman.

Wawancara Mbah Maridjan di Srimanganti
Mbah Maridjan menceritakan alasan beliau tidak ikut mengungsi
Pantangan Merapi

Mbah Maridjan meyakini bahwa erupsi tidak akan merusak jika manusia berlaku bijak dan menjaga apa yang menjadi pantangan Gunung Merapi. Salah satunya adalah penambangan pasir besar-besaran menggunakan alat berat. Penambangan pasir boleh dilakukan tanpa menggunakan backhoe jika tak ingin Merapi “marah”, terutama di kawasan Daerah Istimewa Yogyakarta. Terjadinya awan panas saat erupsi diyakininya karena ada oknum masyarakat yang menambang pasir secara berlebihan.

Land Rover Tour Merapi. Wisata seru dan menantang di gunung api teraktif di dunia

Tradisi Ruwat Mata Air Merapi. Menjaga mata air ala masyarakat Merapi

Secara administratif, Gunung Merapi sendiri terbagi ke dalam 4 kabupaten yaitu Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang. Mbah Maridjan berpesan kepada 4 kepala daerah tersebut untuk melarang penggunaan backhoe dalam proses penambangan pasir di kawasan Merapi. Hal ini karena eksploitasi pasir secara berlebihan dapat merusak lingkungan.

“kui umpamane bupati papat iki mau : Sleman, Klaten, Boyolali, Magelang, papat kui, kui ning nek anggere backhoe kui ora gelem mburat sak teruse, bakal diparingi (pasir) nganggo awan panas. Dawuhe Eyang Merapi!”

“Seumpama keempat Bupati ini : Sleman, Klaten, Boyolali, dan Magelang tidak mau mengusir backhoe selamanya, maka akan diberi (pasir) tapi dengan awan panas. Itu perintah Eyang Merapi!”

Wawancara Mbah Maridjan di Srimanganti 2
Mbah Maridjan membeberkan pantangan Merapi yang harus ditaati jika tidak ingin Gunung Merapi “marah”

4 tahun kemudian, tanggal 26 Oktober 2010 atau tepat 10 tahun yang lalu, Gunung Merapi kembali erupsi. Merapi mengeluarkan jutaan meter kubik material vulkanis, puluhan desa hangus terbakar oleh awan panas setinggi 1.5 kilometer, dan sedikitnya 353 orang meninggal termasuk Sang Juru Kunci Merapi. Beliau ditemukan meninggal dalam keadaan sujud di dalam rumahnya. Selamat jalan Mbah!

Simak video dari Jogja Archive berikut ini Wasiat Mbah Maridjan

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts

  • |

    MUSIK | Rayuan Pulau Kelapa – Ismail Marzuki (Cover) Keroncongan Agawe Santosa

    Menjadi salah satu orkes keroncong yang tampil dalam Pasar Keroncong Kota Gede 2018, Orkes Keroncongan Agawe Santosa secara khusus menyuguhkan lagu-lagu karya Ismail Marzuki dalam penampilannya di panggung Sopingen, Kota Gede, Sabtu (15/12/2018). Simak penampilannya saat membawakan lagu karya Ismail Marzuki yang sangat populer “Rayuan Pulau Kelapa”. Monggo… Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

  • |

    Sang Patriot (Trailer)

    Sang Patriot adalah sebuah dokumenter yg bercerita ttg Tutur Priyanto, Relawan PMI Kabupaten Bantul yg meninggal sesaat sebelum berusaha mengevakuasi Juru Kunci Merapi Mbah Maridjan pada erupsi Merapi 2010. Masuk PMI pada 2006, Den Tutur, demikian dia biasa disapa mendedikasikan dirinya utk kemanusiaan. Jejak langkah kerelawanannya terlihat di hampir semua bencana yg melanda negeri ini.\nBagi…

  • Terkait Isu Dualisme, Kemenkum Sebut Kepemimpinan PMI di Bawah JK adalah Sah

    Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Hukum (Kemenkum), mengumumkan hasil kajian perkara dualisme kepemimpinan Palang Merah Indonesia (PMI). Menteri Hukum, Supratman Andi Agtas, menjelaskan hasil verifikasi Kemenkum menunjukkan bahwa PMI di bawah pimpinan Jusuf Kalla (JK) adalah sah. Ia mengatakan Kemenkum telah menyerahkan balasan surat kepada PMI pihak JK. Balasan surat itu perihal pengakuan kepengurusan baru PMI…

  • | |

    Padati Jalan Malioboro, Warga Batak Jadi Rebutan Wisatawan untuk Berfoto

    Jogjakarta–Ada yang berbeda di jalan Malioboro, Minggu (27/7) petang kemarin. Jalan yang membelah jantung kota Jogjakarta ini penuh sesak oleh warga yang berbalut pakaian tradisional Batak dari Sumatera Utara. Tidak hanya berjalan selaiknya pawai, ratusan warga Batak dari Karo, Nias, Mandailing dan Toba ini juga menari tor-tor. Walhasil, wisatatawan pun terkesima dan tak sedikit yang…

  • Plengkung Nirbaya Ditutup Total karena Berpotensi Membahayakan Pengendara

    Plengkung Nirbaya akhirnya ditutup total mulai Sabtu (15/03/2025) usai dilakukan Uji coba Rekayasa Lalu Lintas Sistem Satu Arah (SSA). Penutupan ini berdasarkan penilaian terhadap situasi Plengkung Nirbaya pasca penerapan SSA yang menunjukkan bahwa perlu adanya upaya konservasi menyeluruh, untuk penyelamatan Plengkung Nirbaya. Dari hasil penilaian ditemukan kondisi Plengkung Nirbaya ternyata jauh lebih mengkhawatirkan daripada sebelumnya….