|

Orasi Budaya Himawan: Agrarian Menunda Kiamat

Lama malang-melintang di dunia jurnalistik khususnya fotografi jurnalistik membuat Himawan yang akrab dipanggil Koh Him ini bertemu dengan berbagai kelompok masyarakat dan beragam pola hidup.\n\nMulai merambah dunia videografi, Koh Him kini banyak merekam peristiwa kebudayaan dan kehidupan masyarakat petani. Masyarakat yang olehnya kemudian disebut kaum agrarian. Kaum yang hidup dengan bertumpu pada keseimbangan alam.

Kaum agrarian inilah yang menurut Koh Him mampu menunda datangnya kiamat. Prinsip hidup agrarian yang menanam dengan cinta, merawat dengan kasih sayang dan memanen buah hasil kasih sayang inilah yang akan menyelamatkan planet bumi dari kehancuran.

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts

  • |

    Membeli Air Mendapat Angin (English Subtitle)

    Sebagai Ibu Kota Republik, Jakarta termyata bukanlah ibu yang baik bagi warganya. Problem masyarakat urban tumpuk menumpuk dan silang sengkarut seperti tak bisa dipecahkan. Salah satu yang mendasar adalah hak warga atas air bersih. Di beberapa bagian Jakarta banyak warga tidak bias mendapatkan air bersih meskipun mereka telah membayar pada perusahaan yang diberi mandat oleh…

  • | |

    Atraksi Seni di Malioboro Warnai Hari Lingkungan Hidup Sedunia

    Jogjakarta–Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia digelar di kawasan Jalan Malioboro Yogyakarta dengan berbagai atraksi seni Nusantara, Sabtu (29/6) malam. Bertajuk Meramut Budaya, Meramut Semesta, aksi ini diinisiasi Aliansi Mahasiswa Nusantara bersama tokoh lintas agama yang bertujuan menjaga alam semesta sebagai salah satu aksi nyata kepedulian terhadap krisis iklim. Kegiatan yang juga menggandeng berbagai komunitas diantaranya…

  • | | | |

    Upacara Unik Para Pesepeda Onthel

    Banyak cara dilakukan untuk merayakan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Salah satunya dengan menggelar upacara bendera. Namun, Paguyuban Onthel Jogja (Podjok) punya upacara bendera yang unik. Selain mengenakan pakaian ala tentara tempo doeloe dan pakaian adat Jawa, mereka membawa serta sepeda tunggangannya dalam upacara. Video ini merekam upacara bendera para pesepeda onthel yang digelar di halaman…

  • | |

    Putri Raja di Balik Upacara

    Menjadi putri Raja ternyata tidak seperti yang dibayangkan orang kebanyakan: dipuji dan dilayani. Begitupun dengan putri Raja Kraton Jogjakarta. Mereka harus terlibat dalam berbagai kegiatan yang justru oleh kaum perempuan modern dianggap “rempong”. Kata “rempong” di sini bukan sekadar karena harus mengenakan pakaian adat jawa jangkep atau komplit, tapi juga karena harus terlibat dalam hampir…