| |

Melukis di Saklar Listrik

Pada mulanya hanyalah obrolan. Kangen-kangenan antara dua orang sahabat SMA yang 29 tahun berpisah. Indra Gunawan dan Hadi Soesanto, namanya. Kala itu, Indra Gunawan yang menjabat sebagai Project Division of Australindo Graha Nusa tengah menggelar beragam saklar produk perusahaannya dalam sebuah seminar di Jogjakarta. Dari sinilah obrolan, kangen-kangenan kemudian berubah menjadi gagasan.

Sebagai perupa, imajinasi Hasoe—demikian Hadi Soesanto akrab disapa, langsung melompat untuk mengubah saklar yang selama ini hanya sebagai benda fungsional menjadi benda bernilai seni tinggi. Saklar bisa menjadi media seni rupa. Saklar bisa menjadi kanvas untuk melukis.

Segera Hasoe menyapukan kuas berlumur cat akrilik ke saklar berukuran 5×5 cm. Tak mudah memang. Apalagi, selama ini Hasoe dan banyak perupa lainnya biasa menggunakan kanvas sebagai media. Selain itu, ukuran yang super kecil menjadikan tantangan tersendiri agar lukisan tetap menunjukkan detail yang menjadi kekuatan karya. Hasoe kemudian mengajak teman-teman perupa baik dari dalam maupun luar negeri menggelar pameran lukisan dengan media saklar dengan tajuk International Artswitch Exhibition.

Terkumpul sebanyak 208 karya. Seniman Indonesia sebanyak 105 orang, sedangkan seniman luar negeri sebanyak 103 orang. Para perupa berasal dari Australia, Bangladesh, Canada, China, Egypt, Finland, France, Germany, India, Indonesia, Japan, Korea, Laos, Malaysia, Moldova, Myanmar, Nepal, Netherlands, Nothern Ireland, Philippines, Poland, Russia, Serbia, Singapore, Slovakia, Sweden, Taiwan, Thailand, Turkey, USA, dan Vietnam.

Macam-macam cara perupa dalam merespon sebuah saklar yang kosong. Tantangannya sama: berekspresi dalam bidang yang berukuran hanya 5×7 cm saja. Beberapa perupa mengubah bentuk saklar menjadi dua dimensi, dengan menambahkan beberapa elemen, seperti benang, kain, kayu, bulu, serta polyester resin. Setiap perupa berusaha menunjukkan gaya serta jati dirinya dalam berkarya.

Pemanfaatan benda fungsional saklar sebagai media lukis rupanya menarik perhatian Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk menganugerahi International Artswitch Exhibition yang digelar Jogja Gallery 18-27 Agustus sebagai Pameran Lukisan Pertama dengan Media Saklar.

Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

Similar Posts

  • | |

    Sholawat Cuci Tangan

    Banyak cara dilakukan untuk mengedukasi warga agar hidup bersih dan sehat. Salah satunya dengan “sholawat cuci tangan” yang dilakukan warga di Gunungkidul, Daerah Istimewa Jogjakarta. Mereka menembangkan sholawat ini sebagai cara mengingat langkah-langkah cuci tangan yang benar. Monggo… Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

  • | |

    Momen Warga Sekitar Merapi Saat Terjadi Erupsi 10 Tahun Silam

    Bencana alam yang datang selalu membawa pilu bagi para korban. Tawa dan keceriaan dapat seketika berganti menjadi tangisan dan kepasrahan ketika datang sebuah bencana. 10 tahun yang lalu, bencana dialami oleh masyarakat sekitar Gunung Merapi. Rumah yang selama ini dihuni musti ditinggalkan untuk meminimalisir jumlah korban. Ribuan orang dipaksa mengungsi menunggu tenangnya Sang Merapi. Setelah…

  • | | | | | |

    Jathilan Hip Hop Krincing Manis

    Seiring berjalannya waktu, seni tradisi jathilan terus berkembang. Jathilan bukan lagi sebagai ritus, tapi juga hiburan. Penggarapan musiknya pun berubah. Jathilan kini mulai memasukkan elemen gitar dan alat musik modern lainnya. Video ini merekam aksi grup jathilan Krincing Manis di Omah Petruk, Pakem, Sleman beberapa waktu lalu. Kamu suka? Yuk bagikan tulisan ini.

  • |

    Ini Dia Batik Kampung Cyber yang Dibeli Raja Belanda

    Setelah sebelumnya dikunjungi founder facebook Mark Zuckerberg, Rabu (11/3/2020) Kampung Cyber mendapat kunjungan istimewa dari Raja Alexander Willem dan Ratu Maxima dari Kerajaan Belanda. Bukan saja berkunjung, Raja Belanda juga membeli kemeja batik karya warga Kampung Cyber Iwan Setiawan yang akrab disapa Lek Iwon. Apa keistimewaan batik tersebut? Simak videonya. Kamu suka? Yuk bagikan tulisan…

  • |

    Jokowi Traktir Warga di Istana Negara

    Beruntung warga yang menghabiskan akhir tahun 2017 di Jogjakarta. Terlebih bagi mereka yang berkumpul di titik nol kilometer atau perempatan kantor pos besar. Karena, mendadak Presiden Joko Widodo mengajak mereka untuk masuk ke istana kepresidenen Gedung Agung dan menikmati kuliner khas kota Jogja. Barang tentu tidak semua bisa masuk karena keterbatasan tempat. Selengkapnya, monggo simak…